Juli 18, 2012

Omega to Alpha

Sudah
Dari awal memang sudah bukan
Dari awal memang bukan sudah
Sudahlah

Menunggu hujan yang membawa kabut. Kabut pekat yang dingin. Dingin yang menusuk hingga ke tulang. Kemarin gw lihat warna langit, warna langit di balik gelap. Warna langit yang pernah terlihat, begitu pula dengan bentuk nya. Memang, sudah sangat tak asing lagi buat gw. Mengingat awal, waktu itu, saat itu, ah~ apalah itu. Gw yang ingin dimengerti, namun tak mampu untuk mengerti, ah~ gw tau sekarang, bagaimana perasaannya waktu itu, gw genggam tangannya, gw belai, gw cium, sedangkan gw cuma sekedar seorang anak laki-laki yang sebelumnya tak pernah melihatnya.

Tak bergerak
Hanya terus mengalir
Dari hulu ke hilir
Dari hilir ke hulu

Menyadari nya, bahwa gw berada di kelas yang berbeda. Awal bertemu, awal berbincang, awal saling menyapa, awal bertukar, awal menemukan sapaan baru, awal berdua, awal berbagi, awal bersama, awal dari akhir. Ah~ apakah kalian kira itu suatu kebetulan??, apakah kamu kira itu suatu kebetulan?!

Juli 05, 2012

Hitam Putih

Rating:★★★★
Category:Music
Genre: Other
Artist:Cozy Republic
Wala, hha. Lagu ini genre nya apa yah, sebenarnya?!. Sebenarnya sih sudah lama tau lagu ini. Tapi gak tau kenapa, kok tiba-tiba muncul perasaan ingin posting lagu ini dengan lirik nya. Yah, dalam kondisi yang lebih dari 8 bulan gak di rumah, gak ketemu cewek gw (yah ngaku² doang, >,<), dan gak ketemu satupun cewek yang se-level dengan dia, serta gak pernah dalam jarak yang dekat dan benar-benar dekat dengan cewek, sedikitpun, satupun. Maka, muncullah lagu ini, yang kemudian gw coba untuk mendengarkan nya lagi.
Dan pada akhir nya, setelah gw dengarkan lagu nya, ternyata.. T,T, miris banget nulis nya ..lagu nya mengandung lirik yang menurut gw cukup membuat perasaan semakin enhanced dikarenakan oleh lirik dari lagu itu. Seperti ini lirik nya :

"Yang hitam, pacarku yang pertama
Dia cantik dan kaya
Sangat manja padaku

Yang putih, pacarku yang kedua
Juga cantik dan kaya
Cinta mati padaku"

nah, dari lirik itu aja udah ketauan, dan kalo memang benar-benar nyata, maka dapat disimpulkan bahwa dia punya dua cewek. Dua ini, DUA, T,T, cewek lagi :((. Yah, kan yang nyanyi cowok. Kalo bilang pacar nya cowok, ya sama aja ngatain yang nyanyi maho, :)).
Dan lirik selanjut nya, yang benar-benar bikin iri :

"Aku tak tau yang mana musti kupilih
Dua-duanya sama cantik dan kaya
Daripada aku bingung-bingung pusing memikirkan
Aku pacari saja dua-duanya"

Wala,T,T banget kan lirik nya?!. Satu aja gak ada, apalagi dua. Cantik pula. Kaya pula. Manja juga pula T,T. Cinta mati juga :((. Memangnya, yang seperti itu benar-benar bisa??. Yang paling bikin penasaran ya face nya si cowok tuh, dewa banget kali yah?!. Ada yang tau??.
Yah, kalo memang ditakdirkan untuk gak punya pacar, ya udah, kita cuma bisa diam, bersyukur, dan nangis kalo liat cewek cakep jalan di depan gw. T,T

Maret 20, 2011

Sama-Sama Depannya S, Belakangnya A, dan Warnanya Merah, Tapi Berbeda

Rating:
Category:Other
Wala, setelah beberapa kejadian gw lalui. Gw gak menyangka, kalau gw bisa dapat sesuatu yang baru sekaligus membuat sakit untuk dilihat. Untuk awal nya, ini, gw berikan sedikit perbandingan :

Supra X Punya Gw
Perbandingan
New Satria FU 150
1.907 x 702 x 1.069 mm
Panjang x Lebar x Tinggi
1.945 x 652 x 941 mm
1.234 mm
Jarak Sumbu Roda
1.280 mm
147 mm
Jarak Mesin Ke Tanah
95 mm
99.4 kg
Berat Kosong
95 kg
Teleskopik
Suspensi Depan
Teleskopik, pegas spiral, bantalan oli
Lengan ayun, peredam kejut ganda
Suspensi Belakang
Lengan ayun, pegas spiral, bantalan oli
70/90 - 17M/C 38P
Ban Depan
70/90 - 17 38S
80/90 - 17M/C 44P
Ban Belakang
80/90 - 17 44S
Cakram Hidrolik, Piston ganda
Rem Depan
Cakram
Tromol
Rem Belakang
Cakram
3.7 liter
Tangki Bahan Bakar
4.9 liter
4 langkah, SOHC, pendinginan udara
Mesin
4-Tak, DOHC, pendinginan udara SACS, 4-valve
50 x 49.5 mm
Diameter x Langkah
62 x 48.8 mm
97.1 cc
Volume Langkah
147.3 cc
9.0 : 1
Perbandingan Kompresi
10.2 : 1
7,3 PS / 8.000 rpm
Daya Maksimum
11.7 Ps / 9.500 rpm
0.74 kgf.m / 6.000 rpm
Torsi Maksimum
1.27 kgf.m / 8.500 rpm
700 ml pada saat penggantian
Kapasitas Oli Mesin
1.100 ml pada saat penggantian
Ganda, otomatis sentrifugal, tipe basah
Kopling
Manual plat majemuk tipe basah
4 Percepatan
Transmisi
6 Percepatan
N-1-2-3-4-N (Rotari)
Pola Pengoperan Gigi
1 ke bawah, 5 ke atas
Elektrik dan Pedal
Starter
Elektrik dan Pedal
12 V, 3.5 Ah
Aki
12 V, 2.5 Ah, 10 HR
ND U20FS, U22FS-U, NGK C6HSA, C7HSA
Busi
NGK CR8E, DENSO U24ESR-N
AC-CDI, Magneto
Sistem Pengapian
CDI
Ya, bisa dilihat, apa yang gw maksud dengan "Sama-Sama Depannya S, Belakangnya A, dan Warnanya Merah, Tapi Berbeda", yang gw buat sebagai judul cerita gw kali ini.

Berawal dari sebuah hari Sabtu, ketika gw latihan. Saat itu, sepulang sekolah, gw langsung latihan di rumah teman gw.

Awalnya, gw hanya ditinggal.

"OK lah, gak apa-apa, nanti juga ketemu" pikir gw.

Setelah lama gw latihan, sekiranya hampir dua jam lebih. Ibu teman gw kebetulan sedang mengadakan selamatan.

"Eh, sini semua, makan dulu. Udah di ambil in" kata teman gw.

Saat itu, gw sedang duduk-duduk di depan teras, menyilangkan kaki, sambil menunggu. Tempat latihan gw, berada persis di samping rumah teman gw, dan masih merupakan bangunan milik orang tua teman gw. Tak berapa lama kemudian, datang juga yang ditunggu, duduk berjongkok di depan pintu sebelah gw. Gw pandang yang gw tunggu tadi, melihatnya agak sedikit berkeringat, mungkin lelah. Melihatnya mengerutkan dahi, mungkin menahan terik sinar matahari. Melihatnya memandang sekeliling, mungkin sedang melihat keadaan. Melihatnya tak menoleh ke arah gw, mengapa?!. Tak lama kemudian, dia berkata,

"Wala, yuk pulang yuk. Aku mau pulang, anterin dong" katanya, seolah-olah berkata ke gw, namun dia tak melihat ke arah gw.

"Wala, mau pulang ya?!. Ayo deh" kata gw sambil tetap melihatnya.

Lalu, dia beranjak dari tempatnya tadi, dan masuk ke dalam, untuk mengambil tasnya. Sedangkan, gw tetap duduk di bangku teras tadi, sambil menunggu. Saat itu, salah satu teman gw juga mau pulang. Dia sudah mulai mengambil sepeda motor nya, warna dasar nya merah, dengan flames hitam. Dia menuntun sepeda motor nya ke depan teras rumah teman gw. Rupanya, dia masih belum akan pulang. Lalu dia masuk ke dalam rumah, menghampiri teman-teman yang mempersiapkan makanan dari dapur tadi. Gw kira, dia akan berpamitan pulang ke teman gw yang rumah nya dipakai sementara untuk latihan. Lalu, yang tadi gw tunggu, keluar dan mungkin gw pikir dia melihat sepeda motor yang sedang diparkir di depan teras rumah. Lalu dia berkata,

"Kamu mau pulang ta??. Aku bareng sama kamu ya?!" katanya pada teman gw yang sepeda motor nya tadi diparkir di depan teras rumah.

Tetap melihatnya tak menoleh ke arah gw. Gw sudah bersiap untuk melihat sesuatu yang gw gak tau bagaimana nantinya rasa yang akan gw alami. Gw mulai membuka kaki gw bersiap untuk beranjak. Dan setelah beberapa waktu kemudian, dia dan teman gw sudah berpamitan ke teman-teman gw yang berada di dalam rumah tadi.

Aku mendengar mereka berbicara sebentar, sebelum dia mulai pergi untuk pulang. Saat itu, rasa yang gw alami gak menentu. Gw berdiri dan masuk ke dalam tempat yang gw pakai latihan tadi. Gw berdiri sekitar tiga langkah dari pintu yang setengah terbuka, sehingga gw tak terlihat dari depan. Dari jendela yang sebagian ditutup menggunakan kayu lapis, gw hanya bisa melihat setengah bagian bawah dari sepeda motor teman gw tadi.

Tampak teman gw mulai menaiki sepeda motor nya tadi. Lalu tak berapa lama kemudian, yang tadi gw tunggu, juga naik di tempat duduk belakang sepeda motor itu. Mungkin, sudut kemiringan antara tempat duduk bagian depan dan belakang sepeda motor itu, sekitar 15 sampai 25 derajat. Lalu gw membayangkan, bagaimana selama ini jika seorang laki-laki sedang membonceng seorang perempuan di belakang nya, dengan menggunakan sepeda motor yang seperti itu. Posisi duduk nya, jarak nya, pemisah nya. Mungkin posisi duduk nya miring ke depan. Mungkin jarak duduk nya sangat dekat. Mungkin tak ada pemisah saat mereka duduk.

Gw yang masih berada di dalam, masih tetap menunggu. Akankah ada suara yang memanggil gw??. Adakah seseorang yang akan mencari gw??. Saat gw berpikir seperti itu, sepeda motor itu lalu pergi bersama pengendara dan orang yang dibonceng nya di belakang tadi.

Sedangkan gw masih tetap berada di dalam, diam terpaku melihat kejadian yang barusan saja terjadi, tercengang mengalami kejadian seperti itu. Gw mulai membayangkan kembali, tentang bagaimana selama ini apabila jika ada seorang laki-laki membonceng perempuan dan sedang berada dalam perjalanan, juga dengan menggunakan sepeda motor yang seperti itu. Posisi duduk nya, jarak nya, pemisah nya. Mungkin posisi nya kini lebih miring ke depan lagi. Mungkin jarak duduk nya lebih dekat menempel lagi. Mungkin sedikit pemisah saat mereka duduk sudah benar-benar tak ada lagi.

Melihat yang seperti itu, gw iri sekali. Menginginkan yang seperti itu, akan butuh berapa banyak pengorbanan. Membayangkan yang seperti itu, akan berapa lama. Memikirkan yang seperti itu, mungkinkah?!.

Akhirnya, gw ditinggalkan.

Hei-hei-hei, memang, gw yang butuh dia, bukan dia yang butuh gw. Gw yang miliknya, bukan dia yang milik gw. Gw yang sayang dia, bukan dia yang sayang gw. Semua hanya imaji tinggi, semua hanya harapan kosong, semua hanya kesempatan tanpa peluang. Memang, sama-sama depan nya "S", sama-sama belakang nya "A", sama-sama warna nya merah, tapi hanya satu yang akan terisi penumpang.

Memang, bukan itu yang gw kecewa kan. Tapi, sebuah senyuman dan sebuah kata akan lebih baik pada saat itu.

Maret 08, 2011

Belajar Mensyukuri Kehidupan, Pemberian-Nya

Rating:
Category:Other
Awalnya sempat sedikit tak percaya, ketika seorang tukang potong di sebuah tempat potong rambut menceritakan secuil cerita kehidupannya.

"Mau dipotong kayak gimana mas??", tanyanya.

Lalu aku berkata "Mm, gimana ya??".

Ibuku yang mengantarkanku untuk potong lalu bicara, dan berkata "Yang pantes aja, kayak dulu juga gak apa-apa".

Lalu aku berkata kepada ibu "Wala bu, dipotong model apapun juga, jelek tetap jelek bu", berharap mendapat sesuatu yang menarik pada hari itu, dengan berkata seperti itu. Dan ternyata, tukang potong rambut itu berbicara kepada ku,

"Ah, nggak boleh gitu itu mas. Bagaimanapun juga, tetap ciptaan Tuhan. Menghina ciptaan Tuhan itu dosa mas. Mas menghina diri mas sendiri, sama aja dengan mas menghina ciptaan Tuhan". Lalu dia melanjutkan, "Seperti apapun orangnya, yang mau potong disini, ya tetap saya potong mas. Sekalipun kayak orang yang kemarin itu, wuih, banyak banget bolotnya. Orangnya udah item, gemuk, ketombean, apalagi bolotnya mas, hhhahah" katanya sambil menyiapkan kain. "Tapi ya tetap aja saya potong mas, cuma aja agak ngeri gitu, hhahah" lanjutnya sambil tertawa dan melihat ibuku lewat cermin yang juga ikut tertawa.

Setelah dia menyiapkan kain dan handuknya, lalu dia segera memakaikannya di pundakku, untuk menghindari potongan-potongan rambut yang jatuh agar tidak mengenai kaosku. Sembari dia mulai membasahi rambutku,

dia bertanya "Lho mas, masih sekolah apa udah kuliah?".

Akupun menjawab, "Wala, masih SMA kelas XII kok mas. Semoga aja bisa kuliah".

Dia kembali bertanya padaku "SMA nya dimana mas?".

"SMA Negeri 1", jawabku singkat.

Lalu ibuku bertanya padanya, "Mas, anaknya yang kemarin itu mana?".

Dia kembali bertanya, "Anak yang mana bu?".

Lalu ibuku menjelaskannya, "Itu lho mas, yang kemarin itu, anaknya gemuk, besar".

"Emangnya ibu kemarin lihat?", dia kembali bertanya.

"Iya, dia kan kemarin yang kesini, pas saya nganter Azril potong disini, terus dia minta uang ke mas, dan mas ngasih uang sama kunci sepeda motor", jelas ibuku.

"Itu pacar saya bu", tuturnya singkat.

Ibuku yang tak percaya, bertanya lagi "Lho mas, bukannya itu anaknya mas ya?. Bukannya istri mas itu perempuan yang kurus kecil yang kemarin duduk di sebelah itu?".

Dengan merapikan rambut belakang ku, dia menjawab, "Itu istri kakak saya bu".

"Oh, saya kira itu istrinya mas", kata ibuku.

Lalu dia berkata, "Saya itu, dulu udah pernah nikah bu. Dan sekarang saya itu duda", sambil melihat ibuku dari cermin. "Duda kok dapat anak sekolahan. Nggilani banget", lanjutnya.

Saat itu, spontan aku langsung berkata, "Lho, gimana sih mas. Katanya tadi, gak boleh menghina ciptaan Tuhan. Eh, kok ya yang bilang gitu malah ngelakuin".

"Bukannya gitu mas. Tapi, kalo punya pacar anak sekolahan gitu, ya seumuran mas gitu, saya masih harus ngajarin mas. Ngajarin mulai dari awal. Yang ngajarin inilah, itulah. Yeyek mas", sanggahnya padaku.

Lalu ibuku berkata, "Gak boleh gitu mas, kok yeyek sih".

Lalu tukang potong rambut itu berjalan ke depan cermin, dan mengambil cukuran rambut di dalam kotak plastik yang ukurannya tak begitu besar tapi cukup lebar, lalu dia mulai merapikan bulu rambutku, dan dia berkata, "Iya bu, tapi udah terlanjur, ya mau gimana lagi, udah terlanjur itu. Kalau mau ditinggal, ya kasihan dia. Tapi, kalau mau diterusin, harus ngajarin mulai awal. Ya udah terlanjur".

"Lha istrinya mas yang dulu itu katanya anaknya pak haji sapa gitu, eh, anaknya penjual emas, sapa gitu, kalo gak salah", kata ibuku yang rupanya keceplosan.

Lalu si tukang potong itu hanya menggelengkan kepala saja sambil merapikan bulu rambutku di sisi yang lainnya. Lalu ibuku berkata pada tukang potong itu, namun aku tak dapat mengingatnya. Tapi, seingatku ibuku bertanya padanya, dan berkata "Ah, mungkin gak ada apa-apa. Gak ada kenapa-kenapa mungkin", sepertinya ibuku melanjutkan perkataannya yang tadi, dan ingin mengalihkan pembicaraannya tadi, yang keceplosan.

Lalu tukang potong itu bertanya padaku, "Gimana mas?. Ditipisin lagi, atau gini aja?. Kalau ditipisin lagi, nanti rambutnya jabrik. Gimana?".

Akupun diam sejenak, dan melihat rambutku pada cermin, lalu sedikit mengernyitkan dahiku dan sedikit berpikir. Memang sudah kebiasaan bagiku, untuk mengingat-ingat apa yang telah terjadi dan selalu berpikir dalam menentukan suatu pilihan, sekecil apapun, sesederhana apapun.

"Dipikir dulu aja mas, segini atau dipendekin lagi", kata tukang potong itu, sambil duduk di kursi yang berada di sebelah ku. Lalu dia berkata pada ibuku, "Ah, habis ini mau kondangan saya".

"Kondangan dimana mas?" tanya ibuku.

"Di Kelurahan situ bu, ada yang nikah, teman saya", jawabnya.

Tak lama kemudian, aku telah menentukan pilihanku, "Udah deh mas, gini aja cukup, yang dulu udah pernah jabrik, sekarang, coba gini dulu aja", kataku sambil tersenyum.

"Ya udah mas, kalau gitu, saya bersihkan dulu", katanya sambil mengambil sikat besar yang halus di depan meja, lalu menggosokkannya pada pundakku dan di sekitar lehar dan kepalaku. Setelah dia selesai, dia melepaskan handuk yang tadi dia letakkan di pundakku. Dan akupun beranjak dari tempat duduk dan mengambil jaket yang tadinya kutitipkan ibuku.

"Makasih mas" kataku pada tukang potong itu.

Lalu ibuku menyodorkan selembar uang kertas padanya dan berkata, "Ini mas, makasih ya".

"Iya bu, sama-sama" jawabnya.

Saat aku mengambil sepeda motor yang aku parkirkan tepat di depan tempat potong rambut itu, tukang potong rambut itu mulai merapikan tempatnya dan bersiap-siap untuk menutup bedaknya itu. Rupanya, aku pelanggan terakhirnya pada hari itu.

Sesampainya di rumah, aku langsung ke atas ranjang dan bersiap untuk tidur. Sebelum tidur, aku berusaha mengingat hal-hal tadi yang aku dapatkan dari pengalamanku potong rambut. Memang aku sengaja mengingatnya, dan membuat kejadian seperti itu. Dan setelah ku ingat, ternyata kata-kata yang muncul dari kejadian tadi adalah ciptaan Tuhan, dan menghina diri sendiri. Dari situ, aku berusaha untuk menyimpulkan dan mengambil ini dari kejadian tadi. Dan setelah cukup lama mencerna, akhirnya dapat kutarik kesimpulan, dan kujadikan judul ceritaku ini "Belajar Mensyukuri Kehidupan, Pemberian-Nya".


Wahai cantik, wanita tercantik yang pernah kutemui di dunia dan seumur hidupku, sekalipun aku tak bisa memilikimu, aku tetap bersyukur dapat bertemu denganmu. Sekalipun terlalu sulit bagimu untuk memanggilku, namun aku tetap bersyukur dapat berbicara denganmu. Dan sekalipun senyummu kini tak tertuju padaku, tapi aku sangat bersyukur untuk tetap bisa melihatmu tersenyum. Disini, tepat dimana hatiku berpijak. Disini, tepat dimana hatiku bernaung. Disini, tepat dimana hatiku berada. Aku, akan menunggu waktu berlalu, melintasi jembatan yang dibatasi oleh curamnya perbedaan diantara kita. Aku, ingin melihatmu terus tersenyum dan bersinar seperti milyaran bintang di alam walaupun kau tak bersamaku. Maafkan aku, yang terlalu memaksa. Harapanku, tak akan pernah pudar dan tak akan pernah sirna dimakan oleh waktu.

Maret 04, 2011

Puisi, Harapan, dan Batas

Rating:★★★★
Category:Other

Beberapa hari yang lalu, selama tiga hari berturut-turut gw merasakan sebuah kepedihan yang amat sangat dalam. Baru kali ini gw merasa seperti itu. Iri, kecewa, terkejut tak percaya, cemburu, marah, tak berdaya, semuanya bercampur menjadi satu dalam hati. Ingin sekali gw meneteskan air mata, tapi tak mau keluar juga. Sudah gw coba untuk mengerti, tetapi saat gw melihat untuk yang kedua dan ketiga kalinya, gw benar-benar kacau. Rasa takut kehilangan, rasa takut ditinggalkan, rasa takut dilupakan, berputar dan berulang terus-menerus menggerus hati dan pikiran gw. Gw awalnya bisa memaklumi, tapi setelah kejadiannya berulang 3 kali, dan gw melihat dengan mata kepala gw sendiri, seolah-olah cahaya lenyap dari gw, senyum gw sudah jarang dan terumpat. Seolah-olah ada batas yang menghalangi, lalu sebuah harapan pudar, tak ada harapan sedikitpun, tak ada tempat untuk berharap, sekalipun untuk hanya memberi sebuah harapan kosong. Gw disini, masih tetap menunggu, sekalipun harus menunggu 10 tahun lagi. Gw tau, perbedaan yang ada sangatlah jauh bagai langit dan bumi, dan gw tau ada batasan-batasan yang tak bisa tertembus bagai air dan minyak.
Suatu hari nanti, gw akan tau bagaimana jalan yang terbaik buat gw. Sekalipun hujan tetap turun dan menghambat gw, gw tak akan pernah berhenti dan tak akan pernah menyerah melawan derasnya arus waktu yang berlalu. Karena, gw tak mau kehilangan sesuatu yang berharga.

Batas