Maret 04, 2011

Puisi, Harapan, dan Batas

Rating:★★★★
Category:Other

Beberapa hari yang lalu, selama tiga hari berturut-turut gw merasakan sebuah kepedihan yang amat sangat dalam. Baru kali ini gw merasa seperti itu. Iri, kecewa, terkejut tak percaya, cemburu, marah, tak berdaya, semuanya bercampur menjadi satu dalam hati. Ingin sekali gw meneteskan air mata, tapi tak mau keluar juga. Sudah gw coba untuk mengerti, tetapi saat gw melihat untuk yang kedua dan ketiga kalinya, gw benar-benar kacau. Rasa takut kehilangan, rasa takut ditinggalkan, rasa takut dilupakan, berputar dan berulang terus-menerus menggerus hati dan pikiran gw. Gw awalnya bisa memaklumi, tapi setelah kejadiannya berulang 3 kali, dan gw melihat dengan mata kepala gw sendiri, seolah-olah cahaya lenyap dari gw, senyum gw sudah jarang dan terumpat. Seolah-olah ada batas yang menghalangi, lalu sebuah harapan pudar, tak ada harapan sedikitpun, tak ada tempat untuk berharap, sekalipun untuk hanya memberi sebuah harapan kosong. Gw disini, masih tetap menunggu, sekalipun harus menunggu 10 tahun lagi. Gw tau, perbedaan yang ada sangatlah jauh bagai langit dan bumi, dan gw tau ada batasan-batasan yang tak bisa tertembus bagai air dan minyak.
Suatu hari nanti, gw akan tau bagaimana jalan yang terbaik buat gw. Sekalipun hujan tetap turun dan menghambat gw, gw tak akan pernah berhenti dan tak akan pernah menyerah melawan derasnya arus waktu yang berlalu. Karena, gw tak mau kehilangan sesuatu yang berharga.

Batas                                                                                                   

Tidak ada komentar: